PERCOBAAN
IV
PEMISAHAN
DAN IDENTIFIKASI CAMPURAN ZAT YANG TIDAK DIKETAHUI (CUPLIKAN) MENGGUNAKAN
METODE KROMATOGRAFI KERTAS
I.
Tujuan
Mampu melakukan pemisahan dan identifikasi suatu
campuran (cuplikan) dengan menggunakan metode kromatografi kertas.
II.
Tinjauan Pustaka
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel
melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat - zat yang
sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang
disebut kromatogram (Khopkar, 2008).
Dalam kromatografi, komponen
- komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu fase gerak dan fase diam.
Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul - molekul
campuran serap pada permukaan partikel - partikel atau terserap. Pada
kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung atas lemari
sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven merangkak ke atas kertas
oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam
sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya
kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai
bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti.
Dalam suatu hal yang berhasil, solut - solut dari campuran semula akan
berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk
membentuk sederet noda - noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu
saja noda - nodanya dapat terlihat. Distribusi dapat terjadi antara fase cair
yang terserap secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib
dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang
bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu
pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan
pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Anonim, 2010).
Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh
Consden, Gordon dan Martin (1994), yang menggunakan kertas saring sebagai
penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa murni yang memiliki afinitas
terhadap air atau pelarut polar lainnya. Bila air diadsorbsikan pada kertas,
maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom.
Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase diam
yang terserap di antara struktur pori kertas. Cairan fase bergerak yang
biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir membawa
noda cuplikan yang didepositkan pada kertas dengan kecepatan yang berbeda.
Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing komponen di antara fase
diam dan fase bergeraknya. Kromatografi kertas digunakan baik untuk
analisis kualitatif maupun kuntitatif. Senyawa - senyawa yang dipisahkan kebanyakan
bersifat sangat polar, misalnya asam amino, gula - gula, dan pigmen - pigmen
alam (Yazid, 2005).
Dalam teknik kromatografi
kertas, proses pengeluaran asam mineral dari kertas disebut desalting. Larutan
ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2-3 cm dari
salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas
dikeringkan, diletakkan di ruang yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan
pelarut yang sesuai. Penjenuhan dapat dilakukan 24 jam sebelum analisis.
Descending adalah salah satu teknik di mana cairan dibiarkan bergerak menuruni
kertas akibat gravitasi. Pada teknik ascending, pelarut bergerak ke atas dengan
gaya kapiler. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending.
Sedangkan yang ketiga dikenal sebagai cara radial atau kromatografi kertas
sirkuler. Kondisi - kondisi berikut harus diperhatikan untuk memperoleh nilai
Rf yang reprodusibel. Temperatur harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh
lebih dari 0,5oC. Kertas harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam
dengan atmosfer pelarutnya, agar mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran
pelarutnya pada kertas. Dilakukan beberapa pengerjaan yang parallel, Rfnya
tidak boleh berbeda lebih dari 0,02 (Khopkar, 2008).
Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi
dan kepolaran, di mana adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam campuran
yang diadsorbsi pada permukaan fase diam. dan kepolaran komponen berpengaruh karena
komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika memiliki kepolaran
yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fase gerak (Yazid, 2005).
Suatu atomiser umumnya
digunakan sebagai reagent penyemprot bila batas permukaan pelarut dan zat
terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat dilihat. Atomiser yang halus lebih
disukai. Gas - gas juga dapat digunakan sebagai penanda bercak, untuk
karbohidrat notasi Rg digunakan untuk menggantikan Rf. Setelah penandaan bercak
batas permukaan, selanjutnya dapat dilakukan analisis kalorimetri atau
spektroskopi reflektansi bila sampel berupa logam. Materi yang terdapat di
dalam kertas dapat ditentukan secara langsung dengan pelarutan. Kromatografi
kertas selain untuk pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat bermanfaat
untuk identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalkan dengan membuat grafik
antara Rm α terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog (Khopkar, 2008).
Susunan serat kertas membentuk medium berpori
yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirnya fase gerak. Berbagai macam
kertas yang secara komersial tersedia adalah whatman 1, 2, 31 dan 3 MM, kertas
asam asetil, kertas kieselgurh, kertas silikon dan kertas penukar ion juga
digunakan. Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang
dimodifikasi dan kertas serat kaca. Zat - zat hidrofobik dapat dipisahkan pada
kedua jenis kertas terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silikon dapat
digunakan untuk zat - zat hidrofobik, sedangkan untuk reagent yang korosif,
kertas serat kaca dapat digunakan. Untuk memilih kertas, yang menjadi
pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan
spot, efek tailing dan pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama
untuk teknik descending (Khopkar, 2008).
III. Alat
dan Bahan
3.1 Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pensil, mistar, chambers, pipa
kapiler, klip kertas dan gunting.
3.2 Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas saring whatman, lidi,
larutan perak nitrat (AgNO3 2 M) larutan timbal nitrat
(Pb(NO3)2 2 M), larutan raksa nitrat (Hg(NO3)2
2 M), larutan K2CrO4 encer, larutan pengembang dan
larutan campuran.
IV. Prosedur
Kerja
Memotong kertas saring Whatman dengan
panjang 25 cm dan lebar 3 cm lalu membuat garis mendatar awal pada kertas
saring whatman 1 cm dari ujung bawah garis kertas. Kemudian menotolkan ketiga
larutan standar logam nitrat dan 1 campurannya pada kertas saring yang berbeda
sebanyak 3 tetes dan setiap penetesan dibiarkan mengering sebelum penotolan
berikutnya. Lalu membentuk kertas menjadi silinder dengan lidi dan menjepit
dengan klip kertas. Setelah itu memasukkan kertas ke dalam chamber berisi larutan
pengembang dari campuran air, n-butanol dan etil asetoasetat dan kertas tidak menyentuh dinding bejana dan
spot larutan. Kemudian menutup kembali chamber tersebut. Membiarkan kertas di dalam
chamber selama 1 jam lalu memindahkan kertas kromatografi dan mengeringkannya.
Setelah itu menyemprot lembaran kertas dengan larutan K2CrO4
encer.
V. Hasil
dan Pembahasan
5.1
Hasil Pengamatan
Tabel Hasil
Pengamatan terhadap Pemisahan Ion Logam Ag(I), Hg(II), dan Pb(II) dalam
campuran
No.
|
Langkah
|
Hasil
|
1
|
Menyiapkan kertas
saring Whatman, dibagi menjadi 6 kolom
|
· Komponen
Ag (AgNO3):
Noda berwarna coklat
· Komponen
Hg (Hg(NO3)2):
Noda berwarna jingga
· Komponen
Pb (Pb(NO3)2):
Noda berwarna kuning
|
2
|
Menotolkan AgNO3,
Pb(NO3)2, dan Hg(NO3)2
|
|
3
|
Menyiapkan ruang
pengembang dari campuran air, n-butanol dan etil asetoasetat
|
|
4
|
Memasukkan kertas ke dalam
chamber dan kertas tidak menyentuh dinding bejana dan spot larutan
|
|
5
|
Menyemprot lembaran
dengan larutan K2CrO4
|
5.2
Pembahasan
Kromatografi kertas merupakan analisis
kromatografi dengan kertas sebagai penyerap selektif dapat sebagai sobekan
kertas yang bergantung dalam larutan contoh atau sebagai lingkaran yang pada
pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis.
Pada
percobaan ini, diidentifikasi ion logam Pb, Ag dan Hg dari campurannya
menggunakan metode kromatografi kertas. Kromatografi kertas terbagi dalam 3
tahap yaitu tahap penotolan, pengembangan dan identifikasi. Di mana fase
diamnya adalah air yang terikat pada kertas (selulosa) dan fase geraknya adalah
larutan pengembang dari campuran air, n-butanol dan etil asetoasetat pada
perbandingan 15:75:10 serta asam asetat glasial secukupnya sampai rentang pH
3,5 sampai 5. Rentang pH tersebut dimaksudkan jika larutannya terlalu asam
dikhawatirkan ion hidroksidanya akan mengendap yang akan mempengaruhi
perambatan noda.
Pada tahap penotolan, kertas saring yang
digunakan adalah kertas saring whatman karena mempunyai pori - pori yang besar
sehingga noda dapat merembes dengan cepat dan teratur. Garis awal pada kertas
dengan menggunakan pensil karena pensil terbuat dari grafit yang tidak larut
dalam eluen sedangkan jika tinta pulpen maka tinta pulpen akan larut yang dapat
mengganggu penampakan noda. Penotolan sampel larutan standar logam nitrat (AgNO3,
Pb(NO3)2 dan Hg(NO3)2) diusahakan
tidak terlalu banyak karena akan mempengaruhi besar spot. Spot yang terlalu
besar tidak baik untuk penampakan noda karena nodanya dapat melebar kesamping
atau ke bawah.
Pada tahap pengembangan, kertas yang
berisi totolan dimasukkan ke dalam larutan pengembang. Totolan cuplikan
diusahakan tidak terendam dalam eluen karena akan melarut dalam pelarut dan
menjadi rusak sehingga tidak dapat diidentifikasi lagi. Kertas tidak boleh
menyentuh dinding wadah karena dapat mempengaruhi perambatan noda.
Selanjutnya wadah ditutup dengan tujuan
untuk menjenuhkan udara di dalamnya menggunakan uap pelarut karena dengan
penjenuhan tersebut dapat menghentikan penguapan pelarut. Komponen cuplikan
akan terbawa oleh rembesan cuplikan dan kertas dikeluarkan dari wadah setelah
pelarut hampir mencapai puncak lembaran kertas.
Untuk memperjelas penampakan noda,
kertas tersebut disemprot dengan K2CrO4. Larutan kalium
kromat dapat memperjelas penampakkan noda karena krom memiliki beberapa
bilangan oksidasi yang beragam dengan warna yang beragam pula. Reaksi yang
terjadi yaitu :
2 Ag+ + K2CrO4 ® Ag2CrO4 + 2 K+
Pb2+ + K2CrO4 ® PbCrO4
+ 2 K+
Hg2+ + K2CrO4 ® HgCrO4
+ 2 K+
Setelah disemprotkan dengan K2CrO4,
diperoleh warna dari Ag yaitu coklat, Hg jingga dan Pb berwarna kuning. Untuk
komponen campuran, noda yang terbentuk ada 3 yaitu jingga, kuning dan coklat.
Dari warna yang terbentuk dapat dilihat
bahwa komponen dari noda campuran adalah Ag, Pb dan Hg karena memiliki warna
yang sama dengan warna Ag, Pb dan Hg pada komponen standar.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kromatografi
kertas merupakan jenis kromatografi cair-cair, di mana fase diamnya adalah
lapisan tipis air yang terserap oleh kertas.
2. Kromatografi
kertas terbagi dalam 3 tahap yaitu tahap penotolan, pengembangan dan
identifikasi.
3. Pada
percobaan ini, fase diamnya adalah air yang terikat pada kertas (selulosa) dan
fase geraknya adalah larutan pengembang dari campuran air, n-butanol dan etil
asetoasetat serta asam asetat glasial.
4. Identifikasi
logam Ag, Pb dan Hg dilakukan dengan melihat warna noda pada kertas, di mana warna
dari Ag yaitu coklat, Pb kuning dan Hg berwarna jingga.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Kromatografi Kertas.
http://autumninday.com.
Diakses pada
27 Mei 2012. Palu.
Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia
Analitik. UI-Press. Jakarta.
Yazid, Estien. 2005. Kimia
Fisik untuk Paramedis. ANDI. Yogyakarta.
warna komponen dari kuning kurang terlihat padahal waktunya lumayan lama
BalasHapusntapss
BalasHapus